Beranda ekonomi Diddy, Potensi Investasi di Kutim Terbuka Lebar

Diddy, Potensi Investasi di Kutim Terbuka Lebar

0
Berkembangnya perkebunan kelapa sawit di Kutim, juga menarik pemodal untuk membangun pabrik CPO. Kehadiran Pabrik CPO seperti milik PT Wira Innova di Sandaran selain menghasilkan CPO juga membuka lapangan kerja baru.

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (16/6)

Kepala BPPMD Kaltim Diddy Rusdiansyah,
Kepala BPPMD Kaltim Diddy Rusdiansyah,
Kutim termasuk salah satu daerah yang memiliki potensi investasi tinggi, sehingga disarankan melakukan improvisasi dan kreasi agar mampu menggali peluang investasi untuk lebih dikembangkan dan dimafaatkan sebesar-besarnya untuk peningkatan nilai investasi daerah Kutim.
Kepala Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kaltim Diddy Rusdiansyah, dalam Rapat Kerja (Raker) Rekonsiliasi Data Investasi Triwulan I Tahun 2015, se Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Selasa (16/6) pagi di Gedung Serba Guna Pemkab Sangatta, menyebutkan pada tahun 2015 target realisasi investasi Kaltim Rp37,1 Triliun dan diatas target yang diberikan BKPM Pusat.
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak , diungkapkan menargetkan rasio pertumbuhan investasi Kaltim hingga dua tahun kedepan mencapai 60 persen yang saat baru 40 persen, dan berada di posisi keempat besar dibawah DKI Jakarta , Jawa Timur dan Jawa Barat. “Dengan target ini BPPMD Kaltim berupaya mendorong seluruh daerah se di Kaltim melakukan penyerapan potensi investasi di masing-masing daerah agar target terealisasi,” sebut Diddy.
Diakui, Kutai Timur masuk 4 daerah yang memiliki potensi investasi besar dan berperan signifikan dalam realisasi investasi di Kaltim setelah Balikpapan, Samarinda dan Kutai Kartanegara. Diakui, saat tengah dibangun kawasan industri Maloy yang memiliki potensi investasi besar, namun, ujar Diddy, merupakan potensi jangka panjang.
Diungkapkan, jika bergantung pada potensi Maloy target rasio pertumbuhan investasi sebesar 60 persen sulit tercapai. “Saatnya Kutai Timur tidak hanya mengandalkan potensi investasi dari penanaman modal seperti sektor industri, namun harus segera menggali dan menyerap potensi investasi non fasilitasi atau diluar persetujuan penanaman modal seperti real estate dan pusat perbelanjaan seperti Mall, dengan memanfaatkan potensi IMB, retribusi tenaga kerja dan lainnya,” saran Diddy.
Meski demikian, ia menegaska potensi di Kutim tidak dapat dimaksimalkan jika tidak ada koordinasi antara pemerintah dengan swasta sebagai investor serta kesadaran dan keterbukaan pihak investor untuk mau melaporkan data investasinya secara terbuka dan akurat. “Saya optimisa jika ini benar-benar dilakukan, tidak mustahil Kutai Timur mampu melewati Kutai Kartanegara,” sebut Diddy dalam acara yang diikuti berbagai pihak dan pelaku usaha itu.(SK-03/SK-011)