Beranda ekonomi Karyawan dan Perusahaan Tambang Boros, Terancam Tutup

Karyawan dan Perusahaan Tambang Boros, Terancam Tutup

0

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (13/4)
Inovasi dan improvement untuk mencapai efisiensi biaya merupakan solusi rasional untuk menyelamatkan usaha pertambangan terlebih-lebih batubara saat ini. Jika tidak mampu menekan biaya produksi, perusahaan tambang mengalami kesulitan bahkan berujung penutupan operasi.
Ungkapan bakal meruginya usaha sektor pertambangan, dipaparkan dalam workshop yang digelar Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Kutim, Sabtu (12/4. Workshop dengan tema Strategic Management in Mining Operation (SIMOP) menghadirkan Agus Dwi, Engineering Division Head PAMA Jakarta dan Hendrawan, General Manager Business and Performance Improvement(GM BPID), PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Keduanya sepakat, tak ada cara lain agar bertahan hidup selain melakukan inovasi demi menghemat biaya produksi pertambangan. Agus Dwi menyebutkan biaya produksi terbesar di PAMA selama ini yakni pemakaian bahan bakar dan peralatan tambang seperti truck, shovel dan peralatan lainnya. “Untuk menurunkan biaya BBM dilakukan berbagai inovasi yang melibatkan seluruh karyawan dimana perlu menumbuhkembangkan kepedulian karyawan akan kondisi perusahaan sedang menurun,” ujar Agus.
Agus menambahkan karyawan PAMA memiliki banyak gagasan dan inovasi menuju efisiensi. “Bagi karyawan yang memiliki inovasi baru dalam bidang teknologi menuju efisiensi biaya, difasilitasi untuk didaftarkan Hak Patennya. Cara ini meningkatkan motivasi dan inovasi para karyawan,” tutur Agus.
Sementara Hendrawan dari KPC, mengakui inovasi penghematan biaya produksi dilakukan KPC sejak tahun 2008 lalu saat harga batubara mulai menurun, sementara harga minyak dan komponen biaya lainnya naik. “Menghantisipasi memburuknya ekonomi, KPC langsung membentuk Divisi Business and Performance Improvement dengan tugas utama meningkatkan produktifitas alat dan karyawan serta menurunkan biaya operasional tambang. Improvement dilakukan terhadap peralatan tambang dan perubahan budaya kerja karyawan,” sebut Hendrawan seraya dengan penghematan KPC berhasil menurunkan stripping ratio dari 11,9 menjadi 9 serta menghemat biaya produksi tambang.
Ketua PERHAPI Kutim Didik Mardiono mengakui dalam lesunya usaha pertambangan harus ada inovasi yang luar biasa bagi perusahaan agar bertahan hidup. Pasalnya, margin keuntungan batubara semakin mepet. Bahkan sampai Sabtu (12/4) harga batubara acuan New Castle berada dikisaran 55 dollar AS per ton dan diperkirakan hingga tahun 2020 nanti berada di kisaran 52-58 dollar AS per ton.
Menurut Didik, perusahaan batubara terus ditekan dengan berbagai regulasi yang tidak menguntungkan. “Seperti kebijakan yang mengharuskan pembayaran royalty didepan dan keharusan pemakaian biodiesel,” kata Didik.
Ia berharap, seluruh stakeholder pertambangan bisa memahami kondisi pertambangan yang terus menurun dan bersama-sama mencari inovasi agar perusahaan pertambangan masih bisa bertahan.(SK-10)