Beranda ekonomi Kaubun dan Kongbeng Sentra Beras di Kutim, Harus Diamankan

Kaubun dan Kongbeng Sentra Beras di Kutim, Harus Diamankan

0
Bupati Ardiansyah Sulaiman bersama Dandim 0909 Sangatta Letkol Inf Ibnu Hudaya saat bertandang ke Kaubun belum lama ini. Keduanya datang untuk melakukan panen raya di lahan seluas 35 Ha meski Kutim dilanda kemarau.

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (21/8)
Kecamatan Kongbeng dan Kaubun akan diamankan dan dijadikan sentra utama produksi beras di Kutim. Bupati Ardiansyah Sulaiman dan Kepala Dinas Pertanian Peternakan Syafruddin Ginting menyebutkan potensi sawah di kedua kecamatan besar namun belum digarap maksimal karena terkendala infrastruktur dan SDM.
Diungkapkan pengembangan percetakan sawah dilakukan pada daerah yang potensial seperti Teluk Pandan, Sangatta Selatan, Kaliorang, Rantau Pulung, Batu Ampar, Muara Bengkal, Muara Ancalong serta Muara Wahau. “Dari beberapa kecamatan potensial memang dua kecamatan yang harus diamankan dan ditingkatkan yakni Kaubun dan Kongbeng, kondisi ini dilakukan karena topografinya memungkinkan selain itu dekat dengan sungai sehingga bila terjadi kemarau tetap menjamin ketersediaan air,” ujar Bupati Ardiasnyah.
Dijelaskan, lahan pertanian di Kaubun tersedia lebih 1.000 Ha namun yang tergarap sekitar 800 Ha. Camat Kaubun Muhammad Amin AK, untuk menggarap lahan seluas 800 Ha petani kesulitan karena ketiadaan tenaga kerja. “Ada kendala untuk memaksimalkan pertanian di Kaubun ini karena sebagian besar tenaga kerja terserap di sektor perkebunan, sehingga untuk memaksimalkan hasil petani yang ada harus ekstra kerja keras agar tidak mengalami kerusakan terlebih-lebih pasca panen kerap hujan sehingga membuat biaya transportasi naik tajam,” ujar Amin seraya menyarankan petani bisa dibantu alat panen yang bisa memudahkan petani panen.
Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Subur yang sejak Selasa (18/8) tadi melakukan panen raya di atas lahan seluas 35 Ha. Mengakui lahan yang mereka garap sebagian kecil dari lahan yang ada. “Berbeda di Jawa banyak buruh tani yang ikut memanen, sekarang harus antrian sehingga biayanya panen cukup besar dikeluarkan,” sebut Putu Sudjana.
Meski sudah ada irigasi,kata Putu Sudjana, ia dan petani lainnya hanya mampu menggarap dua kali setahun meski bisa menanam 3 kali. “Dengan irigasi yang ada bisa saja menanam tiga kali setahun, tapi tenaganya yang kurang karena kebanyakan pekerja yang ada sudah bekerja di perkebunan kelapa sawit,” bebernya.(SK-05/SK-11)

Artikulli paraprakJenazah Amat Diterbangkan ke Samarinda, 2 Penumpang Masih Dicari
Artikulli tjetërArdiansyah Mengapresiasi Pelestarian Adat Dayak di Kutim