Beranda kutim Menangis Ditengah Petobo, Sayup-Sayup Terdengar Suara Minta Tolong

Menangis Ditengah Petobo, Sayup-Sayup Terdengar Suara Minta Tolong

0
Beginilah jika ada rumah warga Petobo yang masih bisa bertahan dari keganasan gempa bumi yang menimpa Palu, Jumat (28/9) lalu.

Loading

MELIHAT kawasan Petobo Kecamatan Palu Selatan yang sudah porak poranda bahkan bisa disebut daerah gersang tanpa bangunan, hanya tiang listrik ada yang miring bahkan roboh serta sejumlah pohon kelapa yang tidak berdiri tegak, pohon sudah mengering tanda sudah mati, membuat hati terenyuh.

Benda-benda yang penuh kenangan ini berserakan di antara puing-puing bangunan dan gundukan tanah Petobo.
Setiap orang yang bertandang ke Petobo, membayangkan bagaimana keadaan saat bumi menelan apa saja yang ada di atasnya, selain itu menyeret hingga tertumpuk tak karuan. Rumah –rumah warga yang tampak kokoh, cantik serta penuh kenangan, kini tertumpuk di sudut Petobo baik barang rongsokan.
Kalaupun ada yang masih tampak tentu rusak total, bahkan sebuah truk terbalik tak jauh dari bukit Petobo, tampaknya untuk sementara dibiarkan pemiliknya karena akses untuk mengeluarkan belum ada. Rombongan PT KPC dan PMI Kutim yang terdiri Felly Lung, Febri, Silvester Pantur, Said Sudirman (Korppra), Tamrin (SBSI), Hardiansyah (PPMI), Ewil dari PMI Kutim, sempat kaget melihat Petobo yang tampak gersang. Sejauh mata memandang, yang ada hanya gundukan tanah menguning tak karuan bentuknya.
Selain itu terdapat gundukan aspal yang sudah hancur, kemudian sawah masyarakat yang menguning bukan padi sudah matang tetapi karena mati ketiadaan air. “Disini sawah, karenanya ada bendungan di atas sana,” kata Zulminah (45) salah satu warga Petobo yang selamat.
Sambil memandang petobo yang gersang dan mengenaskan itu, rombongan KPC dan PMI Kutim tampak tertegun. Sehingga sebelum kembali, mereka melakukan doa bersama untuk mendoakan warga yang telah wafat serta yang selamat diberikan kekuatan iman dan taqwa.
Melihat keadaan Petobo yang mengenaskan tak terasa air mata mengalir, membayangkan keadaan warga saat lumpur menyedot dan menyeret warga Petobo untuk menyelamatkan diri. Tanah yang dikira keras ternyat lembek seperti bubur bayi. “Mau injakan kaki dimana, semua lumpur tidak ada lagi tempat bertahan,” kata Zulminah.
Keganasanya lumpur Petobo tetap terasa meski sudah sebulan berlalu, saat Suara Kutim.com berada sekitar rumah yang ambruk, tercium hal yang menegaskan dibalik tanah yang ada sosok jasad manusia. Selain itu, sayup-sayup terdengar suara teriakan minta tolong namun terasa jauh.
Keadaan ini membuat air mata mengalir tanpa disadari, dalam keadaan yang mengharukan itu Al-Fatihah berulang kali dibacakan, seraya berdoa kepada Allah SWT agar korban diampuni kesalahannya selama hidup serta dilapangkan alam kuburnya. (Syafranuddin)