Beranda ekonomi Perkebunan Sawit, Ancam Ketahanan Pangan di Kutim

Perkebunan Sawit, Ancam Ketahanan Pangan di Kutim

0

Loading

Salah satu perkebunan kelapa sawit di Kutim
SANGATTA,Suara Kutim.
            Pergeseran lahan potensial untuk pertanian menjadi real estate dan industri di Pulau Jawa juga merambah di Kaltim termasuk Kutai Timur (Kutim) sehingga tak heran gagasan  pencetakan sawa  yang dikenal sebagai Food Estate digalakan pemerintah  diragukan berhasil.
 Menurut  Hormansyah kepala Badan Ketahanan Pangan  penyebab terjadinya pergeseran pemanfaatan lahan pertanian ke pertambangan karena pengaruh hasil. “Jika pertanian memerlukan waktu lama dan ketelatenan serta menghasilkan uang relatif kecil, sementara tambang mudah dan cepat serta mendatangkan uang dalam jumlah banyak,” beber Hormansyah belum lama ini.
Mantan Camat Sangkulirang ini mengungkapkan banyaknya tambang  dan perkebunan petani  banyak yang lari ke  tembang atau perkebunan. “ Prinsip  mereka  ada uang, beras bisa dibeli  daripada jadi  petani, yang tidak jelas hasilnya,” bebernya.
Horman menyebutkan  di Desa Selangkau Kecamatan  Kaliorang yang menurutnya terdapat  lahan pertanian seluas 800 hektar  yang selama ini menjadi andalan sebagai penghasil padi ditambah  pengarian yang baik karena diatur dengan memanfatkan bendungan.
Akibat ketiadaan tenaga kerja sebagai penggarap sawah, akhirnya sawah yang potensial menjadi padang ilalang. “Kalau mau mencetak sawah, maka tenaga kerjanya harus jelas dari mana artinya  jika  ada perusahan yang mau menanamkan modal untuk menggarap sawah, tenaga kerjanya harus jelas. Kalau hanya kerja sama dengan petani lokal untuk menggarap, sementara hasilnya hanya menunggu panen kelak  ditinggalkan lagi,” katanya seraya menambahkan masyarakat tidak merasa bangga lagi menyandang predikat sebagai petani.
Beralihnya sejumlah petani menjadi karyawan tambang termasuk warga transmigrasi yang sebelumnya diarahkan mampu menggarap lahan pertanian yang ada, diakui Hormansyah menjadi beban tersendiri bagi instansinya.

Badan Katahanan Pangan  Kutim berharap, melalui PPL sebagai   pembina petani dan peternak mampu mengembalikan semangat dan kebangaan petani sebagai warga negara yang mampu menyediakan pangan bagi orang lain. “Kalau terus dibiarkan, pada suatu saat warga Kutim akan kesulitan mendapatkan pangan terutama beras,” sebutnya.(SK-03)