SAMARINDA (18/6-2020)
Antara tahun 2015 hingga 2019 terjadi penurunan produksi tanaman kakao sebesar 9,63 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2015 produksi biji kering 3.948 ton menjadi 2.513 ton biji kering di tahun 2019.
Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad, komoditas kakao menjadi salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan di Kaltim, sebab sumber pendapatan bagi petaninya. “Penurunan produksi kakao disebabkan meningkatnya luasan tanaman tua, namun tidak diimbangi kegiatan peremajaan,” terangnya.
Disbun Kaltim, kata Ujang, melakukan upaya untuk meningkatkan produksi kakao dengan penyediaan alokasi anggaran seperti pada tahun 2020 sebesar Rp672 juta untuk kegiatan peremajaan kebun kakao seluas 50 Ha di Kutai Timur.
“Peremajaan kebun kakao tahun ini seluas 50 Ha berupa bantuan 50 ribu batang benih kakao, 5 ton pupuk NPK dan 250 paket pestisida. Rencananya akan diserahkan kepada 30 petani di kecamatan Busang Kutai Timur,” jelasnya.
Ia mengungkapkan kegiatan peremajaan kebun kakao akan terus digalakkan, karena banyak kebun berisi tanaman yang sudah berusia tua sehingga kurang produktif. Disbun Kaltim, ungkapnya, mendatra kebunnya yang sudah tidak produktif sehingga dapat dimasukkan dalam program pembinaan untuk peremajaan kebun dengan bantuan Pemerintah Provinsi Kaltim maupun Kementerian Pertanian.
Selain itu, dilakukan pembekalan kepada petani mengenai cara mengoptimalkan hasil kebun kakao dan menghindari serangan hama atau tanaman pengganggu, sehingga meningkatkan produksi kakao dan mensejahterakan para petani. (SK8)