Beranda hukum Tolak Pabrik Semen : 50 Orang Mahasiswa di Sangatta Gelar Mimbar Bebas

Tolak Pabrik Semen : 50 Orang Mahasiswa di Sangatta Gelar Mimbar Bebas

0
menyampaikan orasinya dihadapan mahasiswa seputar penolakanya terhadap pembangunan pabrik semen di Kutim.

Loading

SANGATTA (5/4-2019)

               Sebanyak 50 orang mahasiswa di Sangatta, Jumat (5/4) pukul 16.00 Wita menggelar mimbar bebas di Monumen Kudungga. Aksi yang dikoordinir Erwin – mahasiswa STIPER ini menghadirkan sejumlah orator antara lain Iwan – Dosen STIPER, Rustam Lubis – Ketua BPPD Kutim, Abi – alumni STIPER.

                Para aktifis yang terdiri mahasiswa STIPER, STAIS dan STIE Nusantara ini, menyatakan menolak pembangunan pabrik semen karena akan merusak lingkungan. “Mimbar bebas digelar untuk membutikan mahasiswa cinta lingkungan dan tidak mau ada pabrik semen karena merusak lingkungan,” kata Erwin.

Ia menyebutkan, semula aksi digelar dalam kampus STIPER namun  tidak diijinkan pengelola kampus. “Ini membuktikan pengelola Kampus Stiper ada keterlibatan pengelola kampus,” ungkap Erwin mengawali orasi.

Sementara Iman yang keseharainnya dosen pada STIPER, menyebutkan  pembangunan pabrik semen di Gunuing Karts Sangkuirang bukti pemerintah tidak peduli dengan lingkungan. Menurutnya, apabila pabrik semen terjadi akan menggerus sumber alam yang ada serta membuat sumber air kering, karenanya pembangunan pabrik semen harus ditolak apapun alasannya. “Mahasiswa harus berani melawan aksi perusakan lingkungan, kehadiran perusahaan selama ini tidak juga membuat warga Kutim senjahtera karena masih ada saja yang narik ponton,” ungkapnya.

Pada orasi ke tiga, giliran Rustam Lubis yang tampil mengupas nasib pegunungan karts jika pabrik semen dibangun. “Saya kebetulan hanya lewat tadi, melihat ada aksi mahasiswa yang menolak pabrik semen saya ikut peduli,” kata Rustam Lubis.

Lubis mendukung aksi mahasiswa yang menolak  pabrik semen karena merusak cagar budaya yang telah diakui dunia. “Cina banyak gunung karts, kenapa bukan tempat dia yang digarap untuk membangun pabrik semen.  Banyak perusahaan di Kutim baik pertambangan dan kelapa sawit namun tidak memberi arti apa-apa bagi rakyat,” sebut pria yang aktif di salah satu Parpol ini.

Iapun mengambar kondisi pabrik semen di Kalsel yang banyak pekerjanya Cina, bahkan aparat pemerintah dilarang masuk. Adanya penambagan batu kapur, dinilai Lubis,  menyebabkan penambangan ilegal saja karena perusahaan akan membeli batu kapur dari rakyat.

“Saya mendukung aksi penolakan pembangunan pabrik semen di Kutim yang disetujui Pemkab Kutim, dan tidak takut mobil dinas yang digunakan untuk ditarik kembali,” kata Rustam Lubis seraya menyatakan siap  memfasilitasi mahasiswa yang ingin menyampaikan surat penolakan pembangunan pabrik semen kepada Menteri Kehutanan dan LH yang akan datang Sabtu tanggal 6 April 2019, besok.

Yang kalah menariknya orasi yang dilontarkan Abi –alumni STIPER yang mengungkapkan banyaknya perusahaan di Kutim tak memberi pengaruh apa-apa bahkan membuat susah rakyat. “Ayo siapa yang tidak pernah mengalami kemacetan di Sangatta, akibat aktifitas bus membawa karyawan perusahaan,” sebut Abi berapi-api.

Mimbar bebas yang berakhir pukul 18.00 Wita, mahasiswa memasang tiga spanduk yang bertuliskan  “Aliansi Rakyat Kutim Tolak Pabrik Semen yang berisikan diantaranya berisikan Tolak Segala Bentuk Eksploitasi Yang Merusak Alam, abut Semua IUP Yang di Karts Sangkulirang – Mangkalihat

 Serta  Manusia Bisa Hidup Tanpa Semen / Tapi Manusia Tidak Bisa Hidup Tanpa Air dan Tolak Menteri LHK Yang Tidak Pro Lingkungan,”.

                Seperti diberitakan Pemprov Kaltim dan Kutim sejak tahun 2006 memberi lampu hijau Gunung Sekerat di Bengalon, dijadikan areal pabrik semen oleh PT Kobexindo. Rencana yang tertahan ini, bakal dilanjutkan perusahaan dari Zhejiang, Tiongkok  dengan  investasi USD  2 miliar.

                Pembangunan pabrik semen yang menggunakan areal bekas Latgab TNI, kembali mendapat dukungan warga Selangkau dan Sekerat yang sudah lama menanti kehadiran pabrik semen.(SK11)