SAMARINDA (8/6-2020)
Keberadaan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar ( UPPB) dirasakan petani karet, karena mereka tidak perlu lagi menjual hasil Bahan Olahan Karet Rakyat (Bokar) dengan harga rendah. Sebelumnya, kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad, petani karet menjual ke tengkulak yang harganya berada tidak menguntungkan petani.
Melalui UPPB, ujar Ujang kini petani bisa menikmati harga beli antara Rp9,600 hingga Rp 15 ribu perkilogram sehingga memberi semangat kepada petani untuk merawat kebun karetnya. “Kalau di tengkulak, harganya paling tinggi lima ribu rupiah perkilogram,” bebernya.
Ujang menambahkan pada tahun 2019, berhasil dibentuk 5 unit disejumlah kabupaten yang punya perkebunan karet luas seperti PPU, Kukar, dan Samarinda dengan lahan binaan seluas 650 hektar yang dikelola 191 petani.
Disbun Kaltim, sebut Ujang, berupaya mendorong petani meningkatkan peranan dan daya saing komoditas karet seperti melakukan perbaikan mutu bahan olah karet melalui inovasi Gebrak Bokar Bersih sebagai program peningkatan komoditas pasca panen.
Disebutkan, Gebrak Bokar Bersih merupakan inovasi yang menghasilkan solusi menyeluruh mengenai budidaya karet Kaltim. Inovasi ini lanjutnya, sangat inovatif karena idenya muncul justru di saat krisis kualitas karet dan rendahnya harga jual karet.
Ia menyebutkan, yang ditawarkan berdampak baik kepada petani karena membuat budidaya karet ditangani secara baik seperti produksi getah, pengolahan bahan olahan karet bersih hingga pemasaran. “Semua prosesnya melibatkan kelompok tani karet dengan pihak pabrik pengolahannya,” bebernya.(SK8)