
SANGATTA,Suara Kutim.com (2/1-2017)
Warga Desa Miau Baru Kecamatan Kongbeng ternyata punya kegiatan rutin menyambut Natal dan tahun baru, yakni Festival Budaya Dayak Kayan. Perheletan yang digelar sejak tanggal 24 Desember merupakan kegiatan rutin warga Miau Baru, sebagai bentuk mengenang perjalanan nenek moyang mereka hingga bermukim di Miau Baru.
Cris Djoka salah seorang fotografer ternama di Muara Wahau,menyebutkan festival yang digelar swadaya masyarakat berlangsung semarak. “Sungguh luar biasa, sayang saja saya tidak bisa maksimal karena kesehatan belum pulih total,” ujar Cris dalam pesan singkatnya kepada Suara Kutim.com, Senin (2/1).
Cris menggambarkan, kemeriahan terjadi selepas warga melaksanakan ibadah pada Minggu (1/1) dimana warga kembali ke lapangan depan gereja dengan pakaian adat lengkap atributnya.” Semua berlomba membalut dirinya dalam balutan pakaian khas Suku Dayak Kayan,” ceritanya.
Event yang dikemas ala kampong ini, diakui Cris ternyata menarik sejumlah wisatawan bahkan warga luar Kongbeng seperti Muara Wahau, Telen, bahkan Berau. Mereka datang selain ingin menyambut tahun baru, juga menyaksikan tradisi warga Dayak Kayan.
Cris mengungkapkan, pengunjung akan merasakan suasana lain saat memasuki Desa Miau Baru, dimana suasana keramaian terasa terutama pada sepanjang jalan tampak berbagia hiasan dipasang warga, sementara pusat kegiatan di balai adat serta lapangan sepak bola.
Kemeriahan itu, ujar Cris, semakin marak ketika pengunjung berada balai adat dengan gerbang Uyang Lahai. Warga Miau Baru yang terlibat, ketika berada di Lapangan Sepak Bola langsung membentuk barisan berdasarkan masing-masing Rukun Tetangga (RT).
Herman Ngau – salah satu warga RT 8 menyebutkan pawai budaya merupakan agenda tahunan yang telah berlangsung lama dan melibatkan seluruh warga desa. “Kami merayakannya sebagai sebuah peringatan akan perjalanan dari sebuah migrasi nan panjang dari wilayah utara hingga tiba di tempat kami saat ini,” ujar Herman Ngau.
Diungkapkan, 1 Januari merupakan hari jadi Desa Miau Baru. Pembentukan hari kelahiran Miau Baru ini, diakui tercatat dalam sejarah desa. “Warga yang tinggal di Miau Baru merupakan peserta resetlemen penduduk yang dilakukan Pemda Kutai,” terang Herman.
Festival yang patut masuk agenda kepariwisataan Kutim dan Kaltim ini, selain dimeriahkan dengan sajian berbagai tarian juga digelar lomba perahu tradisional yang digelar di Sungai Wehea. “Pesertanya ya warga Miau Baru, mereka bukan mengejar hadiah tetapi keramaian desa serta memperat silahturahmi dan lebih penting melestarikan seni budaya Dayak Kayan,” ujar pria yang punya beribu koleksi foto budaya.(SK12)