SANGATTA (7/8-2017)
Untuk menjadikan Kutim sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA) masih sangat jauh dari harapan, karena banyak faktor yang menyebabkan Kutim belum bisa berpredikat sebagai KLA jika dibandingkan dengan Samarinda dan Balipapan serta Kukar..
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2PA) Kutim, Aisyah menerangkan Kutim masih jauh dari predikat KLA kareanya menjadi perhatian khusus dan campunrtangan semua elemen masyarakat dan stake holder bersama pemerintah mewujudkan KLA. “Belum tercapainya target Kutim sebagai KLA, disebabkan anak tidak dianggap mempunyai peran dan bagian dalam pembangunan daerah. Hal ini terlihat dari usulan perencanaan pembangunan daerah yang dimulai dari Musyawarah Rencana Pembangunan Desa hingga Musyawaran Rencana Pembangunan Kabupaten tidak pernah ada usulan terkait pembangunan fasilitas bermain bagi anak seperti taman bermain anak dan sejenisnya serta minim wadah wisata atau rekreasi keluarga,” ungkapnya.
Saat ini, ujar mantan Kadis Keshatan Kutim ini, sejak kecil anak sudah terbiasa dengan handphone atau hanya menonton televisi sehingga menyebabkan anak tidak memiliki keinginan bermain bersama teman seusianya dan lebih mengurung diri dari pergaulan. “Anak wajib melewati fase atau masa tumbuh kembang mereka,sehingga mematangkan fisik dan kejiwaan anak secara normal dan alami. Tanpa melewati fase tumbuh kembang tersebut, ini yang kemudian menyebabkan anak menjadi liar saat mulai mengenal dunia luar atau pergaulan,” ungkapnya.
Menyinggung eksploitasi anak, diakuinya minim namun dilihat setiap tahunnya, tren kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kutim mengalami peningkatan.”Eksploitasi anak itu bisa jadi kedepan muncul, karena pengamatan belum menyeluruh karena bisa jadi ada anak yang tidak diberi kesempatan untuk sekolah tetapi ikut membantu orang tua bekerja,” sebutnya pengamatan terkendala luas wilayah dan ketersediaan anggaran.(SK3)