SANGATTA,Suaraa Kutim.com (15/2-2017)
Padatnya pemukiman masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Sangatta, diduga salah satu faktor penyumbang pencemaran Sungai Sangatta. Selain itu, adanya aktifitas pertambangan dan perkebunan di hulu sungai.
Forum Daerah Aliran Sungai (FORDAS) Kutai Timur, kata Prof Juremi Sugeri, menganggap perlu pembenahan dan penataan terhadap DAS Sungai Sangatta untuk meminilamisir pencemaran. Sebagai Ketua Forum DAS Kutim, ia menyebutkan saat ini ada indentifkasi karakteristrik terhadap DAS di Kutim.
Disebutkan, di Kutim terdapat 282 sungai dan 63 sungai besar sementara 4 sungai yang menjadi prioritas penanganan karena kerap terjadi pencemaran yakni Sungai Sangatta karena tingkat pencemarannya tinggi dan harus segera mendapatkan penanganan. Kemudian, Sungai Bengalon, Sungai Karangan dan prioritas keempat adalah Sungai Manubar.
Sungai Sangatta, menjadi prioritas pertama karena kondisi Sungai yang tercemar sehingga kedepan tidak menutup kemungkinan dilakukan pembangunan jalur hijau di sepanjang DAS Sangatta seperti yang dilakukan terhadap Sungai Karang Mumus Samarinda. “Dengan membuat jalur hijau di sepanjang DAS Sungai Sangatta, maka otomatis akan ada relokasi terhadap masyarakat yang saat ini sudah mendiami sepanjang bantaran aliran Sungai Sangatta. Namun hal ini masih dalam kajian FORDAS Kutim untuk nantinya diusulkan kepada Pemkab Kutim,” kata Juremi yang juga Ketua STIPER Sangatta.
Kepada Suara Kutim.com, ia mengungkapkan, selama ini pemerintah maupum masyarakat Kutim hanya mengetahui layak atau tidaknya air Sungai Sangatta menjadi bahan baku air minum dari pengolahan yang dilakukan PDAM Kutim.
Ia menandaskan, secara kasat mata, air Sungai Sangatta terlihat tidak layak menjadi bahan baku air minum masyarakat. Diakui, dengan menjaga kebersihan Sungai Sangatta, otomatis meningkatkan kualitas baku mutu air sebagai bahan baku air minum terlebih Sungai Sangatta salah satu sumber bahan baku air minum bagi masyarakat Sangatta.(SK3)
