SANGATTA (29/1-2018)
Jembatan timbang, diakui Kabid Perhubungan Darat Dishub Kutim, Failu, sepantasnya ada di Sangatta, karena jalan di Kutim merupakan perlintasan antar kabupaten dan provinsi, selain itu keberadaan pertambangan batu bara menyebabkan seringnya terlihat kendaraan pengangkut alat berat melintas pada jalur protokol. Banyaknya kendaraan bertonase besar inilah disinyalir menjadi penyebab cepat rusaknya kondisi jalan negara yang ada di Kutai Timur.
Sayangnya, ujar Failu, keberadaan jembatan timbang yang pernah diusulkan Dinas Perhubungan (Dishub)Kutim, tidak kunjung direstui Dirjen Perhubungan Darat dengan alasan masih mengkaji keberadaan dan efektivitas jembatan timbang yang ada di Indonesia.
Kajian yang dilakukan Dirjen Perhubungan Darat terkait jembatan timbang bukan hanya dari aspek kebutuhan jalan, namun juga dari aspek petugas di lapangan. Keberadaan jembatan timbang yang kerap menjadi wadah pungutan liar (Pungli) bagi petugas, menjadi perhatian khusus. Meski demikian, keberadaan jembatan timbang di kota Sangatta memang dianggap perlu mengingat kondisi jalan dan mobilitas kendaraan yang melintas pada jalur utama di kota Sangatta.
“Jika embatan timbang ada di Sangatta, kewenangan pengelolanya akan dilakukan oleh provinsi ataupun langsung dari pusat. Namun demikian, pemerintah juga perlu memikirkan kelengkapan fasilitas dan sarana penunjang jembatan timbang agar bisa lebih efektif difungsikan seperti menyiapkan gudang penitipan sementara untuk barang muatan bagi kendaraan yang melebihi kapasitas angkut,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kasat Lantas Polres Kutim AKP Eko Budi menyarankan antisipasi beroperasinya kendaraan besar dengan muatan puluhan ton, menyarankan Dinas Perhubungan Kutim membangun jembatan timbang sehingga tidak ada lagi kendaraan bermuatan berlebih melintas dan bisa merusak kondisi badan jalan di Kutim.(SK3)
