
MAKKAH (25/8-2018)
Tidak beroperasinya bus shalawat membuat jamaah haji yang berada di ring 2, mati kutuk karena kesulitan untuk ke Masjidil Haram. Pasalnya bukan kurangnya taksi yang tersedia, tetapi tarifnya selangit.
Tarif taksi yang menggila ini dirasakan jamaah ketika bus shalawat dihentikan operasinya menjelang Armina. Bahkan hingga Sabtu (25/8) yang semula sudah dijadwalkan kembali beroperasi, ternyata belum juga ada.
Harga lebih gila lagi ini dirasakan jamaah pada Idul Adha (10 Dzulhijjah) , dimana jamaah yang sudah melontar Jumrah Aqobah kemudian berniat melakukan shalat Idul Adha serta tawaf dan sai ifadah di Masjidil Haram, benar-benar dicekik. Karenanya harga yang selangit, mau tidak mau terpaksa jalan kaki ke Masjidil Haram, kecuali yang benar-benar letih.
Pengamatan Suara Kutim.com biasanya taksi menggunakan sistem tarif satu mobil, namun pada masa transisi semua taksi menerapkan hitungan perkepala. “Kalau kita berempat, ya bayarnya empat orang meski taksinya seperti Blue Bird di Jakarta,” ungkap sejumlah jamaah kepada Suara Kutim.com ketika sama-sama menanti sopir taksi yang bermurah hati bisa memberi tarif lebih manusiawi.
Tak heran, banyak jamaah yang sudah masuk taksi beberapa meter mobil bergerak kembali ke luar karena kaget dengan tarif yang dikutip pengemudi. Terlebih-lebih yang mengetahui sistem tarif taksi di sejumlah negara yang menerapkan tarif per unit mobil bukan per penumpang.(SK12)