Beranda ekonomi Bidan Pedesaan Kurang, Penduduk Menyusut

Bidan Pedesaan Kurang, Penduduk Menyusut

0
Kini sebagian besar warga pendatang bekerja di perkebunan kelapa sawit yang tumbuh subur di Kutim

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (7/4)
Penduduk Kutai Timur (Kutim) pada tahun 2014 setelah dilakukan validasi oleh Kementrian Dalam Negeri, mengalami penyusutan 142.053 jiwa, pada tahun 2013 diketahui berjumlah 444.751 jiwa namun pada tahun 2014 hanya 412.698 jiwa.
Meski ada penyusutan, kata Plt Bupati Ardiansyah Sulaiman tidak berpengaruh dengan komposisi kursi untuk dewan yang kini mencapai 40. “Sesuai ketentuan KPU, komposisi Kursi dewan tetap saja karena masih di atas 400 ribi jiwa,” terangnya seusai menyampaikan LKPJ Tahun 2014 kepada wakil rakyat.
Disebutkan, penyusutan jumlah penduduk pada tahun 2014 diperkirakan banyak pihak adanya eksodus warga luar Kutim. Meski demikian, Ardiansyah tidak merinci dari mana eksodus terjadi namun menegaskan dalam Pilkada tidak akan terjadi karena data yang akan digunakan sudah divalidasi Kemendagri.
Dihadapan anggota dewan yang bersidang dipimpin Wakil Ketua DPRD Alfian Aswad, disebutkan angka kematian bayi tergolong tinggi yakni 15 bayi meninggal per kelahiran seribu bayi. Penyebabnya, ditegaskan Ardiansyah kurangnya tenaga bidan terutama di daerah pedalaman Kutim.
Saat ini, ujar Ardiansyah terdapat 249 bidan, namun penyebarannya belum merata. Ia berharap, setiap desa minimal mempunyai 1 bidan. “Karena bermukimnya masyarakat Kutim yang menyebar, sehingga satu bidan dianggap belum bisa mengcover kebutuhan di sebuah desa,” terang Ardiansyah.
Ia menegaskan, pemkab tidak pernah jenuhnya melakukan sosialisasi sistem kesehatan daerah serta kedepan membuat Peraturan Daerah (Perda) kesehatan yang menjadi dasar dalam acuan pelayanan kesehatan.
Perda itu, sebut Ardiansyah, mengatur mekanisme pelayanan kesehatan mulai dari Sumber Daya Manusia yakni tenaga kesehatan atau tenaga medis, termasuk pendidikan serta pengaturan penempatan tenaga medis di pelosok Kutim sesuai kebutuhan dimasing-masing desa. “Saya lebih senang ada anak di desa yang ada bersedia disekolahkan bidan, kemudian kembali mengabdi di desanya,” aku Ardiansyah yang pernah bertugas di Muara Ancalong beberapa tahun sehingga merasakan kondisi pelayanan kesehatan di pedalaman Kutim.(SK-03)