Beranda hukum Menelusuri Sangatta : Tarif Shot Time Lebih Mahal

Menelusuri Sangatta : Tarif Shot Time Lebih Mahal

0

Loading

Salah satu sudut Kota Sangatta
            DUNIA malam Kota Sangatta ternyata tidak kalah dengan sejumlah kota lain terutama di Kaltim, dalam penulusuran tim Suara Kutim.com, ternyata dunia malam di kota bertajuk TERCINTA  semarak bahkan tidak mengenal waktu.
            Sebagai kota yang terus berkembang, Sangatta Utara sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi rakyat, berkembang pesat. Harga tanah yang sebelum pemekaran dibilang tidak sebanding dengan rokok satu slop, ternyata kini jauh melangit.
            Ibarat kota yang sedang tumbuh terlebih menjadi bagian dari areal pertambangan batubara milik PT KPC, tentu kehidupan ekonomi Sangatta Utara tergantung berat dengan denyut kehidupan pertambangan batubara. “Mau kerja di Sangatta banyak peluangnya asal mau saja, soal harga tentu suka-suka karena warga maklum,” ujar Slamet seorang pedagang pentol bakar.
            Sebagai kota tambang, Sangatta tentu juga menarik perhatian sejumlah “penjaja cinta” dari  berbagai daerah. Mereka datang ke Sangatta ada yang melalui mami (sebutan mucikari,red) namun ada juga yang sendiri-sendiri.
            Penjaja cinta yang datang ke Sangatta, untuk mendapatkan tempat tinggal dan kerja tidaklah sulit sepanjang penampilan menarik, masih muda dan luwes dalam pergaulan. Seorang wanita penghuni sebuah penginapan di bilangan Yos Sudarso II Sangatta Utara, mengaku ia datang ke Sangatta karena tempat “usahanya” di daerah asal telah ditutup pemerintah. “Uang pesangon yang saya terima, sebagian bayar utang kemudian kirim keluarga di kampung dan sisanya untuk merantau ke Sangatta,” kata wanita yang mengaku bernama Shanty dan masih berusia 30 tahun.
            Sambil menikmati rokok putihnya, wanita yang mengaku “terpaksa” menjada karena sang suami menjadi TKI di Malaysia ini, ketika tiba di Sangatta sempat menginap disebuah hotel namun hanya bertahan beberapa hari karena keuangan menipis.
            Untuk menghemat biaya, ia langsung memilih penginapan di yang ada di bilangan jantung Sangatta. Pada awalnya, eks penghuni komplek pelacuran ternama di Jatim ini ingin bergabung di Kampung Kajang namun urung karena “pasien” di penginapan tempat ia menetap sekarang ternyata ramai. “Shanti sempat kaget, ketika tahu tarif shot time di Sangatta ini jauh lebih mahal ketimbang di Jawa,” aku Shanti seraya mengisap dalam-dalam rokoknya.(bersambung)