Beranda ekonomi Museum Kata, Gudang Pendidikan dan Kebudayaan

Museum Kata, Gudang Pendidikan dan Kebudayaan

0
Peralatan dapur di Museum Kata, disini pengunjung bisa menikmati Kopi Gantong. Peralatan dapur yang ada, merupakan peralatan dapur warga Gantong semasa perusahaan timah masih aktif.

Loading

BERTANDANG ke Desa Gantong yang asri, tidak lengkap jika tidak mengunjungi sebuah museum yang ternyata punya pikat tersendiri bagi wisatawan, bahkan catatan pengelolanya setiap hari paling tidak 200 orang bertandang ke museum yang dulunya hanya sebuah rumah tua.

Sejumlah perabotan yang  ada meski sudah tua namun tetap terawat
Sejumlah perabotan yang ada meski sudah tua namun tetap terawat
Kehadiran Museum Kata diakui warga menjadi daya pikat bagi wisatawan, maklum di museum desa “Laskar Pelangi” didirikan Andrea Hirata, sebagai bentuk perembahan kepada tanah kelahirannya. Yang menarik, Museum Kata baru beroperasi beberapa bulan, peresmiannya dilakukan Menteri Pariwisata RI Arief Yahya, Sabtu (14/3) lalu.
Konsep pendirian Museum Kata yang banyak mengoleksi benda-benda antik seperti telepon, panci serta kursi tiada lain untuk mengembangkan dunia pendidikan. “Pak Andre ingin menjadikan museumnya sebagai pendidikan serta menjadikan Belitung Timur sebagai daerah percontohan literary, cultural and educational tourism,” kata seorang gadis Gantong yang kini menjadi pegawai Museum Kata.
Memasuki ruang-ruang Museum Kata, pengunjung akan terperangah melihat banyaknya barang yang dipamerkan diantaranya foto-foto pembuatan film Laskar Pelangi yang digarap Mira Lesmana.
Tidak seperti museum lainnya, di Museum Kata tidak ada tiket masuk karena semua dibiayai dari royalti buku Andrea Hirata. Rumah tua yang disulap jadi museum ini, paling tidak ada 150 karya daro 70 negara yang dipajang. Sebagai bentuk kecintaannya kepada dunia pendidikan terutama di Gantong, Andrea menjadikan halaman belakang Museum Kata sebagai sekolah gratis bagi anak-anak Gantong.
Bagi wisatawan yang ingin menikmati kopi khas Gantong juga tersedia sambil duduk di kursi tua yang sudah dimakan usia, selain itu bisa mengirim kartu pos khusus yang nanti dicap khusus. “Kebanyaknya wisatawan asing datang mereka berlama-lama disini, selain menikmati suasana museum serta kopi Gantong juga membaca beberapa buku yang ada,” kata sang putugas seraya menambahkan beda dengan wisatawan dalam negeri datang cukup untuk foto-foto.(SK-09/bersambung)