Beranda kutim Pasir Palu Berpengaruh Terhadap Inflasi Kutim

Pasir Palu Berpengaruh Terhadap Inflasi Kutim

0

Loading

SANGATTA (4/12-2018)
Meningkatnya ekonomi dan kemajuan pembangunan Kutim, batu serta pasir Palu, yang komponen penting dalam pembangunan dan ikut nyumbang kenaikan inflasi. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdangan (kadisperindag) Kutim Edward Azran, mengakui meskipun tidak besar pengaruhnya karena batu dan pasir merupakan bagian dari 52 komponen kebutuhan manusia di daerah maju, sehingga batu dan pasir Palu, juga ikut andil dalam kenaikan inflasi.
“Di Kutim, saat ini ada dari 52 item kebutuhan manusia. Jumlah ini terus naik, dari tahun 1945, yang dikenal dengan sembilan kebutuhan pokok, sekarang jadi 52 kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, termasuk dijaga ketersediaanya,” katanya.
Batu dan pasir Palu, ujar Edward, masuk dalam komponen kebutuhan yang dimanfaatkan, berupa komponen komplementer, tentu dibidang pembangunan. Komponen lain dalam bidang pembangunan adalah semen, besi.
“Kalau tidak ada batu dan pasir Palu, maka pembangunan ini tidak akan berlanjut. Akibatnya, tukang berhenti kerja. Jadi, disitu ada ketergantungan yang bisa memengaruhi perkembagan ekonomi. Kalau tukang tidak kerja, maka perkembangan ekonominya tidak jalan. Jadinya, batu dan pasir ini masuk sebagai salah satu komponen koplimentasi pembangunan yang memengaruhi ekonomi,” katanya.
Karena sudah jadi kebutuhan, pemerintah ingin ada kesinambungan pasokan . Apalagi, hingga saat ini belum ada alternatif bahan lain, untuk mengantikan bahan bangunan ini. “Karena itu, pemerintah juga ingin memantau pasokan barang ini di daerah ini, agar tidak ada kekosongan. Sebab, sebagaimana teori ekonomi, kalau pasokan kurang, permintaan tetap, maka harga bisa naik. Bahkan, karena rebutan, maka harga bisa melambung. Karena itu, pasokan kedua bahan bangunan ini juga harus terjaga untuk memastikan pembangunan jalan terus, sementara perputaran ekonomi pekerja sektor bangunan, juga terus jalan,”jelasnya.
Penyumbang inflasi pada barang yang digunakan atau konsumsi di Kutim, ujar Edward, saat ini masih bertahan pada barang seperti ayam, bawang. “sebenarnya, kalau pelabuhan di Kutim sudah operasi, maka harga dari barang-barang yang didatangkan dari luar ini, bisa ditekan,” bebernya.(SK2)