Beranda kutim Terasa Menjadi Korban Saat Kunjungi Museum Tsunami

Terasa Menjadi Korban Saat Kunjungi Museum Tsunami

0
Sebagian nama-nama korban kedasyataan tsunami yang melanda Banda Aceh, 11 tahun silam. Nama-nama itu diabadikan dalam sumur doa yang ada di Museum Tsunami Aceh yang dirancang Ridwal Kamil.

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (23/11)

Helikopter milik Polda Aceh yang juga luluh lantah dihantam gelombanng tsunami, saat itu helikopter ini sedang parkir dihalaman Mapolda Aceh.
Helikopter milik Polda Aceh yang juga luluh lantah dihantam gelombanng tsunami, saat itu helikopter ini sedang parkir dihalaman Mapolda Aceh.
Hempasan gelombang tsunami yang melanda Banda Aceh, 24 Desember 2004 kini terangkum dalam museum yang bentuk bangunannya dirancang Ridwal Kamil. Museum yang terletak beberapa meter dari alun-alun Kota Aceh itu, mulai dibangun tiga tahun setelah bencana alam terdasyahat di Indonesia ini.
Pengunjung Museum Tsunami Aceh tidak dipungut bayaran meski menjelang pintu masuk terdapat loket tiket, namun ketika Suara Kutim.com bertandang tidak ada aktiitas apapun didalamnya kecuali tiga orang petugas yang denga ramah menyambut wisatawan.
Museum yang diresmikan Susilo Bambang Yudhoyono – pada 27 Februari 2009 namun tuga bulan kemudian terbuka untuk umum, pengunjung memasuki sebuah lorong yang dengan ketinggian sekitar 40 meter.
Lorong yang mengalir air dan begitu dingin, menggambar keadaan ketika gelombang tsunami sedang menggulung harta benda, ternak serta manusia yang ada di depannya. Suara gemercik air ditambah percikan air yang sesekali menerpa pengunjung, benar-benar membuat pengunjung terkesima bahkan seperti merasakan berada dalam gulungan gelombang laut.
Setelah melewati lorong yang menurun, pengunjung langsung dihadapkan dengan puluhan layar komputer yang menampilkan foto-foto ketika tsunami menghanyutkan ribuan orang termasuk harta benda lainnya.
Dalam kehingan yang amat dalam, pengunjung dibuat terkesima melihat foto-foto yan ada bahkan tidak sedikit pengunjung menangis haru. Setelah itu, pengunjung masuk dalam sebuah ruang yang berbentuk kerucut dan menjulang tinggi dengan tulisan Allah tepat di atasnya.
Ruang yang disebut sumur doa ini terdapat ribuan nama-nama korban yang berhasil didata, memasuki ruang selebar 4 meter itu dilantunkan ayat –ayat Al-Quran sehingga menambah kedukaan pengunjung. “Saya nggak tahan,” kata Rahmawati – seorang mahasiswa asal Jawa Timur seraya terjatuh.
Berada di lorong air, diorama dan sumur doa umumnya pengunjung tidak banyak bicara termasuk anak-anak. Semua terdiam, bahkan ketika berada di sumur doa semua langsung berdoa.
Menurut petugas, sumur doa dibuat khusus dan melambangkan korban tsunami yang meninggal dunia sudah kembali kepada Sang Khalik. “Karena itu pengunjung dimohon untuk berdoa agar semua yang wafat saat tsunami itu diberikan kemudahan dan selalu dalam lindungan Allah SWT,” ujar seorang pria yang mendampingi Suara Kutim.com ketika.
Selepas dari sumur doa, pengunjung harus melewati jalan menanjak yang keadaannya berbeda saat masuk. Jalan menanjak itu ibaratkan usaha korban menyelamatkan diri dari air dengan tujuan mencapai permukaan air dengan pedoman sinar matahari.
Saat berada di atas, digantung bendera sejumlah negara dengan kalimat damai, sementara di bagian bawah terdapat jembatan panjang yang oleh Ridwan Kamil sebagai perancang disebut “Jembatan Harapan” seperti yang dilakukan warga Aceh saat ini yang telah bangkit dari kesedihannya.(SK-04/SK-013)