Beranda ekonomi Inflasi Kaltim Ditengah Pandemi Corona

Inflasi Kaltim Ditengah Pandemi Corona

0
Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kaltim Tutuk SH Cahyono ketika bertemu Gubernur Kaltim Isran Noor.

Loading

SAMARINDA (20/5-2020)

Inflasi indeks harga konsumen (IHK) tahun 2020 diperkirakan mencapai 2,40 persen atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 1,66 persen. Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kaltim Tutuk SH Cahyono  ketika mengikuti Rapat High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim Tahun 2020 di Kantor Gubernur Kaltim, menyebutkan sebagian besar kebutuhan dipasok dari luar Kaltim.

Tim pematau harga barang bersama Polres Kutim saat melakukan pemantauan sejumlah barang di beberapa pasar di Sangatta,

“Saat ini  sebagian besar kebutuhan masyarakat dipasok dari luar Kaltim. Untuk menekan inflasi tidak terlalu tinggi perlu penguatan peran penyangga serta kelancaran distribusi dan efesiensinya mekanisme pasar untuk stabilisasi harga pangan yang sering bergejolak,” jelasnya.

Disebutkan, Bank Indonesia memiliki asesmen inflasi tahunan melihat kondisi yang ada, apa yang menjadi faktor peningkatan maupun penurunan inflasi Kaltim. Dimana untuk peningkatan bisa terjadi akibat iklim/cuaca, sentra pasokan terkena banjir, tangkapan ikan rendah efek gelombang tinggi, dampak Covid-19, penyesuaian harga seiring kenaikan tarif cukai rokok, tren harga emas dunia dan pembayaran THR.

Sedangkan faktor penurunan inflasi, ungkap Tutuk,  diantaranya optimalisasi peran PDPAU sebagai distributor komoditas dengan permintaan tinggi. Penurunan harga minyak dunia kurangnya permintaan dan menurunnya pendapatan masyarakat akibat meningkatnya jumlah tenaga kerja di PHK “Dioperasikan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis  akan mempermudah pemantauan harga komoditas,” bebernya.

Selain itu, terlaksananya perdagangan antar daerah dengan sentra penghasil sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan Kaltim untuk beberapa komoditas. “Penurunan tarif angkutan udara dampak Covid-19 yang menyebabkan menurunnya permintaan angkutan udara diprakirakan masih terjadi hingga triwulan II,” beber Tutuk.(SK8)