Beranda ekonomi Catatan Perjalanan Haji (41)

Catatan Perjalanan Haji (41)

0

Loading

Terlambat Datang, Shalat Jumat Diluar Masjid

Karena terlambat datang, akhirnya shalat jumat ditempat – tempat sempit atau diteras pintu masuk masjid.

TIDAK jauh berbeda dengan Masjidil Haram, pada saat tertetu jumlah jamaah yang melaksanakan shalat banyak. Demikian dengan jamaah haji yang sedang berada di Madinah baik gelombang pertama maupun kedua, kepadatan di Masjid Nabawi, pasti terjadi.

                Demikian yang saya rasakan pada Jumat (7/8)  dimana  ratusan  ribu  ummat Islam memadati Masjid Nabawi Madinah untuk mengikuti shalat Jumat. Shalat yang dimulai pukul 12.25 WAS tidak saja diikuti jamaah haji tetapi warga Madinah, tak heran pelantaran Masjidil Nabawi penuh dengan jamaah demikian lantai atas yang biasanya sepi.

                Meski padat, namun jamaah tetap hening sambil berdoa dan berzikir menanti waktu shalat dimulai. Kegerahan yang menerpa jamaah tak membuat jamaah berisik, semua duduk tenang. Udara yang benar-benar ekstrem dianggap biasa oleh jamaah, mereka khusuk dengan ibadahnya seraya mendengarkan khotbah yang disiarkan  melalui berbagai radio FM dengan bahasa berbeda termasuk Bahasa Indonesia.

                Jika khotbah lumayan lama, namun pada saat shalat Jumat, surah yang dibacakan imam surah  pendek diantaranya Al-Ihlas. Ini tiada lain karena kondisi jamaah yang berada di luar masjid yang hanya tersiram kipas angin bercampur air.

                Muhammad Mustafa (37) warga Afrika yang sudah lama tinggal di Madinah, menyebutkan pada Jumat sebagian besar warga Madinah memenuhi Masjid Nabawi, namun di luar musim haji jamaah masih bisa tertampung. “Kalau surah yang dibacakan memang pendek di musim haji, karena jamaah yang sampai memenuhi pelantaran,” terangnya.

                Bagi jamaah yang tidak bisa lagi ke lantai atas tentu mau tidak mau shalat di luar masjid, keadaan ini dapat dibayangkan keadaannya dengan panas yang luar biasa. Selain itu, jamaah harus melaksanakan shalat di tempat yang sempit karena sudah kehabisan tempat.(syafranuddin/bersambung)