Beranda ekonomi Disepakati Harga TBS Sawit Rp900 Perkilogram

Disepakati Harga TBS Sawit Rp900 Perkilogram

0
Suasana unjuk rasa petani sawit swadaya yang dikoordinir Forum Petani Sawit Kutim saat menggelar aksi di gerbang PT Anugrah Energi Tama (AET) Bengalon.

Loading

SANGATTA (19/12-2018)

                Perjuangan ratusan petani sawit untuk mendapatkan harga beli TBS sawit membuahkan hasil, sejumlah perusahaan yang didatangi pengunjukrasa yakni PT Anugrah Energi Tama (AET), PT Kutai Balian Nauli (KBN) sepakat harga TBS yang dibeli perusahaan Rp900 perkilogram, bahkan selama ini PT AET mengaku membeli TBS yang diserahkan tengkulak seharga Rp800 perkilogram.

                Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor AET, forum petani sawit yang dipimpin Asbudi – minta perusahan memperhatikan TBS sawit non kemitraan lebih diprioritaskan ketimbangan milik perusahaan yang belum memiliki pabrik CPO.

                Kesapakatan lainnya, buah yang tidak sesuai dengan kriteria atau greading pabrik segera dikembalikan. “Untuk harga disepakati sejak Rabu tanggal 19 Desember hingga akhr tahun nanti sebesar Rp900 rupiah perkilogram,” terang Asbudi ketika dihubungi Suara Kutim.com.

                Petani yang menggelar unjuk rasa di PT AET, sebagian besar dari Teluk Pandan,  Rantau Pulung, Sangatta Selatan dan Bengalon. Mereka mendatangi perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di Bengalon ini karena petani hanya memperoleh Rp400 perkilogram bahkan hingga Rp300 perkilogram.

                Dalam aksi yang pintu gerbang PT AET, Asbudi menyampaikan tiga tuntutan petani sawit yakni harga disusuaikan dengan yang dikeluarkan dari Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim,  kemudian  Kouta TBS Petani diperioritaskan serta greading tidak dikembalikan dari pihak Perusahaan.

Sementara sejumlah petani kepada Suara Kutim.com mengaku selama ini mereka menjual TBS sawit mereka melalui pengumpul yang datang ke lokasi kebun. Sementara mereka tidak mengetahui berapa harga jual pengumpul ke perusahaan kecuali informasi harga anjlok. “Mau tidak mau terpaksa dipanen dan dijual seberapa adanya, kalau tidak busuk tambah merugi,” kata mereka.(SK11)