Peserta pelatihan sedang mempraktikan cara berdialog dengan ODHA |
SANGATTA,Suara Kutim.com
Warga Kutai Timur (Kutim) yang terinfeksi HIV – AIDS, antara tahun 2011-2013 ditemukan 38 orang sebelumnya antara tahun 2006 – 2010 hanya kurang dari 6 orang. Sementara, vonis seseorang yang terjangkit HIV-AIDS sebuah pukulan psikologis berat.
Kebanyakan orang yang tervonis HIV- AIDS, dianggap vonis mati dan kerap dikucilkan baik oleh keluarga atau teman. Bahkan, penderita HIV – AIDS dianggap aib dan berbagai macam hal yang tidak mengenakan. “Orang yang merasa dirinya terjangkit HIV atau orang yang baru tervonis HIV memerlukan dukungan psikologis dan dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya,” kata Kadis Sosial Kutim, Aji Kifli Oesman saat membuka Pelatihan Pendamping ODHA, Selasa (26/8).
Menurut Aji Kifli, kebanyakan keluarga dan orang-orang disekitar pengidap HIV baru biasanya tidak paham tentang HIV dan tidak tahu bagaimana seharusnya memperlakukan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Ia menambahkan, melihat fenomena masyarakat yang begitu “sinis” dengan penderita HIV-AIDS, Dinas Sosial menjembatani masa-masa kritis saat orang yang baru mendapat informasi dia terjangkit HIV. “Mereka memerlukan orang yang bisa mendampinginya agar bisa menatap masa depan yang layak,” ujar Aji Kifli.
Pelatihan yang digelar di sebuah hotel di Sangatta itu, Dinas Sosial menggandeng Komisi Penanggulangan AIDS Kutim ini bertujuan mendidik calon Pendamping ODHA berjiwa sosial dan peduli kemanusiaan.
Agar peserta benar-benar yakin dengan perannya, sebagai pendamping ODHA terutama menyangkut psikologis, panitia menghadirkan Siti latifah dari Insight Consulting Sangatta, Rusliansyah Abdul Ghani dari PMI Kaltim, dan Harmadji Partodarsono yang sehari-harinya Sekretaris KPA Kutim. “Selama pelatihan, peserta diajak mengenali lebih dalam apa dan bagaimana HIV serta AIDS, selain itu teknik berkomunikasi dengan penderita,” terang Harmadji Partodarsono seraya menambahkan kegiatan berlangsung dua hari itu.(SK-05)