Beranda ekonomi Rupiansyah : Jangan Biarkan Lahan Pertanian Jadi Perkebunan

Rupiansyah : Jangan Biarkan Lahan Pertanian Jadi Perkebunan

0
BERHASIL : Meski kemarau melanda Kaubun beberapa bulan terakhir, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Subur berhasil menggarap lahan seluas 35 Ha. Lahan ini ditanam bersama Prajurit TNI-AD pada bulan Mei tahun lalu.

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (12/1)
Sebagai daerah berkembang yang mengunggulkan kelapa sawit dan karet sebagai komoditi budidaya perkebunan, Kutai Timur (Kutim) tidak mengesampingkan pembangunan sektor pertanian. Pesatnya sektor perkebunan, ujar Assisten Ekonomi dan Pembangunan Rupiansyah, tidak menyebabkan pergeseran dan perubahan alih fungsi lahan pangan dan pertanian menjadi lahan perkebunan.
Pesatnya sektor perkebunan terutama kelapa sawit, ujar mantan Ketua Bappeda Kutim akibat tingginya minat pasar komoditi perkebunan seperti sawit dan karet serta pendapatan yang menjanjikan. Ia menandaskan, hendaknya pemerintah dan masyarakat perlu memberi perhatian lebih terhadap lahan potensi untuk pertanan. “Lahan-lahan kelas satu di Kutim yang seharusnya menjadi lahan pertanian dan pangan kini sudah hampir habis. Hal ini diakibatkan peralihan pola hidup dan usaha masyarakat dari yang sebelumnya petani menjadi pekebun sawit dan karet. Ini tentu sangat mengkhawatirkan. Terlebih lahan-lahan kelas satu ini kebanyakan merupakan lahan transmigrasi yang seharusnya menjadi lahan pertanian namun kini berubah menjadi lahan perkebunan,” tandas Rupiansyah.
Ia menyarankan perlu bertindak kongkrit agar lahan-lahan pertanian ini tidak habis. Apalagi adanya target swasembada beras yang diprogramkan pemerintah pada tahun ini. “Jangan sampai akibat perubahan fungsi lahan ini, terget tersebut tidak bisa terwujud,” kata Rupiansyah belum lama ini kepada wartawan.
Kepada Suara Kutim.com, ia menyebutkan sejumlah kawasan pertanian di Kutim telah menjadi lahan perkebunan terutam kelapa sawit seperti Muara Wahau, Kongbeng, Kaliorang dan Kaubun termasuk Rantau Pulung. Diakui Rupiansyah, beberapa kecamatan lahan pertaniannya mendukung untuk menjaga ketahanan pangan Kutim namun secara perlahan mulai tergeser atau mengecil. “Jika dibiarkan, bisa-bisa tidak ada lagi lahan pertanian di Kutim ini,” ungkapnya.(SK-03/SK-13)