Beranda kutim Uce : Pekerja Kebun Kelapa Sawit Kurang Dihargai Keringatnya

Uce : Pekerja Kebun Kelapa Sawit Kurang Dihargai Keringatnya

0

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (1/11)

Uce Prasetyo salah satu anggota DPRD Kutim yang juga Ketua Komisi D saat berdialog dengan manajemen salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit.(Foto Bagian PPI Setwan)
Uce Prasetyo salah satu anggota DPRD Kutim yang juga Ketua Komisi D saat berdialog dengan manajemen salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit.(Foto Bagian PPI Setwan)
Rendahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutam Dollar Amerika Serikat, berpengaruh besar terhadap perputaran roda usaha bahkan membuat harga jual batu bara dan minyak kelapa sawit, anjlok.
Ketua Komisi D DPRD Kutai Timur (Kutim) Uce Prasetyo berharap pengusaha bijak menghadapi gejolak perekonomian dunia yang saat ini mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi di semua sektor. “Melakukan efisiensi memang dinilai sangatlah perlu,namun tidak dengan serta merta melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal,” sarannya.
Politisi Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP) menaruh harapan pengusaha bisa me”manusia”kan buruh dalam artian buka hanya sekedar memanfaatkan tenaganya namun juga menjamin hak-hak para buruh sebagai tenaga kerja seperti jaminan kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, serta jaminan hari tua. “Hak-hak para buruh ini benar-benar tertuang dalam hitam putih perjanjian atau kontrak kerja dan bukan sekedar janji-janji manis, tanpa realisasi nyata,” tandasnya.
Menurutnya yang banyak menjadi korban dari “permainan” pengusaha buruh yang bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit khususnya buruh kebun. Para pekerja ini didatangkan dari sebuah daerah secara massal dan kemudian dipekerjakan secara kontrak harian tanpa kejelasan batas waktu.
Padahal, ujar pria yang getol menyuarakan nasib pekerja ini mengingatkan pengusaha wajib memberikan kejelasan berapa lama setiap tenaga kerja yang dikerjakan berstatus kontrak dan menjadi permanen. “Dengan hanya mengontrak para buruh sebagai tenaga kerja berstatus harian, para pengusaha berupaya untuk menghindar dari kewajiban harus menyediakan jaminan kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, jaminan hari tua, bahkan hingga tidak mau pemberian tunjangan hari raya (THR). Trik-trik seperti ini lah yang menyebabkan para pengusaha tidak memanusiakan para buruh sebagai tenaga kerja,” bebernya serayan mengungkapkan beberapa kasus ketenagakerjaan di sektor perkebunan kelapa sawit.(ADV-DPRD24/SK-03)