![berjuang](https://www.suarakutim.com/wp-content/uploads/2017/08/berjuang-640x480.jpg)
Sekitar Ka’bah Ada Kelompok Pemeras, Jangan Mudah Menerima Tamu
KASUS pemerasan terhadap jamaah haji kerap terjadi, terlebih bagi jamaah yang tidak mengerti situasi Makkah, Madinah dan Jedah. Pelaku kejahatan di tanah suci ini tampaknya terorganisir, sehingga sulit dilacak.
Meski demikian, Tim Dakar Haji Makkah dan Madinah terus meningkatkan kewaspadaan terhadap aksi kriminal yang dilakukan oknum-oknum tertentu yang menyamar sebagai petugas atau jamaah haji. Namun, kelalaian kerap terjadi di jamaah haji bahkan ada jamaah yang dengan leluasa membiarkan oknum bukan jamaah atau petugas masuk pemondokan meski sudah berkali-kali diingatkan petugas dan Maktab agar tidak menerima tamu di dalam kamar kecuali di ruang tamu hotel.
![](http://www.suarakutim.com/wp-content/uploads/2019/07/cctv-768x1024.jpg)
Menerima tamu hingga ke kamar tentu saja rawan, selain itu menyebabkan ketidaknyamanan penghuni kamar lainnya. Kondisi ini, kerap membuat ketersinggungan antarjamaah terlebih ada jamaah yang ingin istirahat menjadi terganggu.
Untuk memberikan perlindungan keamanan kepada jamaah, sejumlah anggota TNI dan Polri sebenarnya telah diterjunkan ke Makkah dan Madinah termasuk dalam penerbangan. Selain itu, terdapat aparat keamanan dari Kerajaan Arab Saudi yang bertugas di setiap pemondokan ditambah security hotel dan maktab.
Sementara itu, Kerajaan Arab Saudi memasang ribuan unit CCTV yang terpantau setiap waktu sehingga jika terjadi tindak kriminal atau masalah jalan, segera diterjunkan aparat keamanan.
Namun karena banyaknya jamaah disetiap pemondokan, tentu kerjasama jamaah diperlukan untuk mencegah terjadi tindak kriminal, terlebih saat menerima tamu yang tidak dikenal seperti berpura-pura mencari teman.
Yang membuat miris, aksi pemerasan kerap terjadi dalam Masjidil Haram yakni terhadap jamaah yang ingin mencium Hajar Aswad. Di tengah-tengah kekhusukan jamaah sedang tawaf ada saja oknum yang menawarkan jasa menjadi “calo” atau “bodyguard” mencium Hajar Aswad.
Dalam aksinya mereka menyamar sebagai jamaah yang sedang tawaf, mereka menawarkan jasanya menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa daerah. Tawaran yang diberikan bukan gratis, tapi ada tarif yang tak terukur sehingga apabila berhasil mencium Hajar Aswad mereka tak segan-segan menarik jamaah ke luar areal tawaf dan meminta bayaran hingga Rp3 juta.
Kalau tidak membawa uang sesuai perminta, mereka dengan kasar mengambil tas paspor atau gelang jamaah bahkan mengambil data jamaah untuk didatangi ke pemondokannya. (Syafranuddin/bersambung)