Beranda ekonomi Catatan Perjalanan Haji (64)

Catatan Perjalanan Haji (64)

0
Suasana jamaah melakukan ibadah di pelantaran Ka'bah meski cuaca panas namun lantainya tetap adem dan harum.

Loading

Pelantaran Ka’bah Tetap Adem dan Harum

CUACA yang tak bersahabat menjadi perhatian setiap jamaah terlebih jika cuaca mencapai 40 derajat selsius, tentu sangat menganggu aktifitas jamaah. Namun, saat berada di pelantaran Ka’bah tak satupun terlihat jamaah yang terlihat kepanasan.

                Jika di luar Masjidil Haram, jamaah wajib memakai alas kaki karena kaki bisa melepuh namun saat melakukan tawaf, tentu dilarang memakai alas kaki. Pasalnya, pelataran Ka’bah yang putih bersih itu tak terasa panas bahkan tidak memantulkan sinar matahari.

                Antara pelantaran di luar Ka’bah dengan sekitar Ka’bah memang terasa jauh berbeda, meski cuaca panas. Kaki ummat yang sedang melaksanakan tawaf, terasa nyaman bahkan sejuk. Tak heran, banyak jamaah yang duduk di pelantaran Ka’bah sambil membaca Al-Qur’an atau berdoa tak merasa kepanasan.

                Ademnya lantai sekitar Ka’bah ini tentu membuat jamaah tambah khusuk beribadah, demikian yang melakukan tawaf. Selain lantainya yang adem, lantainya tetap harum dan enak dicium padahal berjuta pasang kaki melintas.

                Dinginnya lantai sekitar Ka’bah ini menurut literatur yang ada, bukan dibawahnya ada aliran AC atau air tetapi jenis keramik yang dipasang memang khusus. Namun, banyak jamaah menyebutkan ademnya lantai pelantaran Ka’bah karena rahmat Allah SWT yang diberikan kepada jamaah. “Sebaik apapun keramiknya, kalau panas terbuka begini tetap saja panas. Kenyataannya keramik yang ada di pelantaran Ka’bah ini tetap adem, seperti tidak ada panas matahari saja,” kata sejumlah jamaah diantarnya Fatur – jamaah asal Jatim ketika sama-sama duduk di depan Ka’bah menjelang shalat dzuhur.

                Berada depan Ka’bah dalam waktu lama tentu keinginan banyak jamaah, terlebih ketika harus meninggalkan Kota Makkah yang tiada lain harus meninggalkan Masjidil Haram  dan Ka’bah yang nilai ibadahnya luar biasa.

                Beribadah dan berdoa   sebanyak-banyaknya merupakan cita-cita semua Ummat Islam yang mendapat kesempatan ke Masjidil Haram, tak heran ketika harus berpisah,air mata mengalir deras. Suara  yang tiba-tiba berubah, tak dihirukan lagi. “Kalau bisa, aku ingin tinggal disini saja,” kata Fatur seraya menyeka air matanya saat kami sama-sama usai melakukan tawaf wada.(syafranuddin/bersambung)

Artikulli paraprakJamaah Haji Kumpul Koper
Artikulli tjetërBupati Perkenalkan Petugas Haji Kepada Jamaah