Beranda ekonomi Kemarau, Cabai Langka Dan Semakin Pedas Harganya

Kemarau, Cabai Langka Dan Semakin Pedas Harganya

0
DICONTOH : Masyarakat Batu Lepoq Kecamatan Karangan ini patut ditiru,meski punya lahan mereka tetap mengalakan tabulapot sehingga untuk memenuhi kebuuhan dapur mereka tidak kesulitan.

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (2/9)
Kemarau yang terjadi dalam tiga bulan terakhir dirasakan masyarakat terutama petani tidak bisa menggarap lahannnya sehingga harga sejumlah komoditas mengalami kenaikan seperti cabai dijual Rp100 ribu perkilogram.
Tingginya harga cabai ini, membuat penjual soto dan nasi campur yang mengandalkan olahan cabe mengeluh. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kutai Timur (Kutim) Irawansyah, mengakui tingginya harga cabai di Sangatta imbas kemarau yang berkepanjangan. “Pasokan cabai di Kutai Timur terutama Sangatta umumnya didatangkan dari Pulau Jawa. Kini bagaimana Disperindag menjaga agar distribusi bahan pangan khususnya cabai ini lancar dan tetap memberdayakan petani lokal,” beber Irawansyah.
Selain cabai yang semakin pedas harganya, ujar Irawansyah rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar juga menjadi penyebab utama naiknya harga kedelai sehingga ukuran tempe dan tahu yang dijual juga mengecil. “Harga tempe di pasaran tetap Rp2500 per buah namun telah dilakukan perubahan ukuran agar perajin tetap eksis,” kata Irawansyah.
Kepada masyarakat ia mengimbau memanfaatkan lahan-lahan kosong sekitar rumah utuk ditanami sayur mayur terutama cabai,paling tidak bisa memenuhi kebutuhan sendiri.
Hal senada juga diharapkan Kadis Pertanian dan Peternakan Syafruddin Ginting, bahkan ia menilai selama ini masyarakat perkotaan belum memanfaatkan lahan pekarangannya dengan maksimal sementara cabai bisa ditanam dengan banyak cara mulai polibag hingga ember bekas. “Kalau nggak ada halaman, bisa saja menggunakan ember bekas atau polibag dengan demikian kebutuhan untuk skala kecil atau rumah tangga bisa terpenuhi,” ujar pria yang disapa Ginting ini.(SK-03/SKL-11)