Beranda kutim adv pemkab Miris, Tukar Pasangan Hingga Jual Pacar Terjadi di Pergaulan Remaja Kutim

Miris, Tukar Pasangan Hingga Jual Pacar Terjadi di Pergaulan Remaja Kutim

0
Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutai Timur, Sulastin

Loading

SuaraKutim.com, Sangatta – Memprihatinkan, mungkin itu jadi ungkapan yang pas menyikapi kasus perdagangan manusia atau human trafficking yang melibatkan sejumlah remaja Kutai Timur, beberapa bulan terakhir ini.

Berawal dari kisah cinta monyet sejumlah pasangan remaja yang dimabuk asmara, kemudian berubah menjadi bisnis terlarang akibat menjual pasangannya.

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutai Timur, Sulastin mengungkapkan telah terjadi tiga kasus human trafficking yang melibatkan sejumlah remaja Kutim dalam beberapa bulan terakhir.

“Kasus ini miris bagi kami ya, baru kami temukan perilaku pacarnya dijual kepada pasangan lain ini,” ungkap Sulastin didampingi Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Perempuan DP3A Kutim, Adji Farmila Rachmi, Selasa (31/10/2023).

Dikatakan Adji Farmila, kasus ini mengungkapkan bahwa pelaku trafficking adalah seorang teman pria (pacar) yang menjual teman wanitanya kepada teman-teman mereka. Para korban yang masih berusia belasan tahun, sebagian dari mereka masih duduk di bangku SMP dan SMA, di Kutai Timur.

“Yang membuat kasus ini semakin membingungkan adalah kenyataan bahwa para remaja yang terlibat sepertinya tidak merasa bersalah atau berdosa atas perbuatan mereka. Mereka saling bertukar pasangan seperti mainan, seolah-olah tidak menyadari dampak serius dari perbuatan ini,” ucap wanita yang akrab disapa Mila.

Menurut Mila, kejadian serupa juga banyak terjadi di kota Balikpapan, dimana sejumlah remaja tinggal bersama di satu apartemen atau kost yang cukup mahal.

“Mereka biasanya menentukan tarif 200-300 ribu. Hal ini yang menjadi kekhawatiran kami,” terangnya.

Lebih jauh dikatakan Mila, penyebab mendasar dari kasus seperti ini, selain jauhnya dari agama adalah juga kurangnya perhatian dari orang tua yang sering kali sibuk dengan urusan mereka sendiri. Dalam situasi seperti ini, para remaja merasa terlantar dan akhirnya mencari penggantian perhatian di lingkungan yang salah.

“Kami berharap bahwa orang tua di Kutai Timur menjadi lebih cerdas dan lebih perhatian dalam mengawasi putra-putri mereka. Bahwa perlindungan dan pendidikan tentang dampak buruk dari perbuatan semacam ini sangat penting untuk masa depan generasi muda,” pungkasnya.(Red/SK-02/*/Adv)