![]() |
Erna Wati saat menyampaikan makalahnya |
SANGATTA,Suara Kutim.com
Indonesia adalah negara yang becorak multi etnik, agama, ras dan golongan. Istilah Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan kemajemukan budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wilayah negara yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke selain memiliki sumber daya alam juga mempunyai sumber daya budaya yang beraneka ragam coraknya. Keragaman etnik yang ada di Indonesia sudah tentu mengandung dimensi multibudaya. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki kelompok- kelompok etnik yang berbeda dalam kebudayaan, bahasa, nilai, adat istiadat dan tata kelakuan yang diakui sebagai jalan positif untuk menciptakan toleransi dalam sebuah komunitas.
Erna Wati, M.St seorang dosen pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman, dalam makalahnya berjudul Budaya, Adat Istiadat dan Kearifan Lokal Dalam Bingkai Kesatuan Bangsa yang disampaikan pada Silaturahmi Budaya Nasional Se-Kabupaten Kutai Timur , Kamis (27/10) menyebutkan selain budaya dan adat istiadat, masing-masing etnik atau suku di Indonesia memiliki pula kearifan lokal yang dapat berperan serta dalam pembangunan dan kesatuan bangsa. “Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup yang mengakomodasi kebijakan dan kearifan hidup,” kata wanita yang pernah mengeyam pendidikan S2 di Master of Studies with Research, The Australian National University.
Dipandu Bakri Hadi, Sekretaris DPD KNPI Kutim, ia menegaskan, walaupun ada upaya pewarisan budaya, adat istiadat, bahasa dan kearifan lokal dari generasi ke generasi, tidak ada jaminan tetap kukuh dalam menghadapi globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. “ Secara faktual dapat kita saksikan bagaimana budaya dan kearifan lokal yang sarat kebijakan dan filosofi hidup nyaris tidak terimplementasikan dalam praktik hidup yang makin pragmatis, karenanya diperlukan sebuah kerjasama yang baik antara segenap pihak, baik dari pemerintah dan juga masyarakat,” pesanya.
Diungkapkan, Pancasila sebagai ideologi negara pada dasarnya telah mengakomodasi kearifan lokal yang hidup di nusantara antara lain gotong royong sehingga salah satu sila Pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. “Agar kesatuan negara ini tetap berlangsung dan berjalan harmonis, maka pelestarian budaya, adat istiadat dan kearifan lokal oleh berbagai pihak, pemerintah dan masyarakat, yang didukung pula oleh ideologi negara, Pancasila dan Undang-undang 1945 sangat dibutuhkan saat ini dan di masa yang akan datang,” kata Ernawati dalam silahturahmi yang dibuka Wabup Ardiansyah Sulaiman.(SK-03)