Beranda foto THM Tumbuh Marak di Wahau, Masyarakat Resah

THM Tumbuh Marak di Wahau, Masyarakat Resah

0

Loading

SANGATTA,Suara Kutim.com (13/11)
Maraknya Tempat Hiburan Malam (THM) di Kecamatan Muara Wahau mulai dikeluhkan masyarakat, pasalnya keberadaan THM disepanjang jalan trans Kalimantan ini dianggap masyarakat sudah menganggu ketertiban masyarakat.
Kepada Suara Kutim.com disebutkan THM – THM yang bertebaran di Muara Wahau saat ini secara tidak langsung membuat prilaku masyarakat berubah. “Saat musim kayu atau gelondongan, tempat esek-esek itu hanya satu yakni Durian tapi ketika kelapa sawit justru semakin banyak bahkan lebih tiga puluh,” ungkap Sanusi (38) – warga Muara Wahau.
Pendapat serupa juga dikemukan Suparlan (45) dan Anto (35) yang melihat THM-THM di Muara Wahau bukan saja tempat nyanyi semata tetapi berubah fungsi yakni transaksi seks. Diungkapkan, wanita-wanita yang disebut sebagai pemandu lagu umumnya “bisa” untuk transaksi seks sepanjang cocok tariff. “Kalau hanya diharap dari fee botol minuman dan tariff menemani nyanyi mana ada yang bertahan, kenyataanya mereka itu bisa dibooking untuk diajak goyang ranjang,” ujar Anto yang mengaku telah melakukan survey disejumlah THM yang ada di Muara Wahau.
Ditanya seputar ijin, ditandaskan rata-rata tidak punya ijin dan pendiriannya menggunakan rumah masyarakat sehingga keberadaannya berdekatan dengan masyarakat yang bisa berdampak buruk kepada masyarakat sekitar terutama anak-anak dan remaja.
Meski medapatkan keterangan sejumlah pihak, tim Suara Kutim.com yang belum lama ini melakukan investigasi menukan THM yang beroperasi di Muara Wahau, tidak memiliki ijin untuk THM. Meski ada yang punya ijin, ternyata untuk rumah makan bukan karoke yang disertai wanita sebagai pemandu lagu.
Beberapa “pemandu lagu” kepada Suara Kutim.com membenarkan mereka tidak saja menjadi pendamping tamu saat menyanyi tetapi bisa mendampingi di ranjang tidur. “Sepanjang cocok harga, nggak ada masalah bisa saja,” kata seorang pemandu lagu sebut saja Nila (23) yang mengaku dari Muara Badak.
Pengakuan serupa diakui Santi, Suryani dan Bela (bukan nama sebenarnya,red) esk penghuni Kompleks Dolli Surabaya. Menurut mereka, fee dari minuman hanya cukup untuk beli pulsa sementara kebutuhan hidup di Muara Wahau, tinggi.(SK-02/SK-03/SK-13)